"Ake ktarima fie pa, nik pnuw re botene, delek re dewili, antig si re agbig si rpe si ta"
Setiap zaman punya pertanyaan pokonya sendiri. Pertanyaan pokok zaman menjelang akhir tahun 2020 di bumi fagogoru adalah; samakah Falsafah Fagogoru sebagai pendidikan karakter dengan spirit Fagogoru pemerintahan ERA (Elang-Rahim) sebagai karakter birokrasi??
Samakah? Jawabannya tergantung dari banyak faktor. Tapi mungkin orang Halmahera Tengah (baik pribumi atau non pribumi yang terlanjur mengabdi di negeri ini) akan menjawab sesuai dengan kondisi idealisnya, nasib perutnya, atau kecenderungan kuning-Merahnya, pribumi atau non pribumi, silahkan pilih:
A. Pengakuan akan nilai-nilai Falsafah Fagogoru sebagai Karakter mulia dalam pergaulan adalah sama dengan Spirit Fagogoru ERA, terlihat dengan karakter birokrasi tiga tahun kiprahnya. Berbagai pembangunan telah dilakukan di antaranya jalan hotmix penghubung kecamatan-kecamatan, pengadaan tower mini yang hampir 10 tahun lalu seakan diabaikan, Bantuan Pembiayaan lanjut studi S1, S2 hingga diploma. Itu adalah implementasi nilai-nilai fagogoru yang nyata dengan kesamaan keduanya adalah produk lokal.
B. Pengakuan Falsafah Fagogoru sebagai pendidikan karakter harus dibedakan dengan spirit Fagogoru ERA. Sebab nilai luhur Ngaku re Rasai, Budi re Bahasa, Sopan re Hormat dan Metat re Mimoy. Bakalan pudar jika di kemas dalam sistem birokrasi ERA, dinamika politik barbarianisme sedari awal telah merasuki Negeri ini, nilai Fagogoru yang nasionalisme terasa sempit di gerus primodial kebablasan hanya untuk merebut tahta seorang pelayan rakyat. Budaya roling jabatan menjadi hantaman keras kepada mereka yang kalah dalam pemilihan. Negeri ini tak akan mampu membangun SDM selanjutnya jika birokrasinya tak lagi profesional belum lagi investasi yang menggiurkan untuk para pejabat merelakan hutan dihancurkan, mau seperti apa Negeri ini kedepannya untuk anak cucu kita. Kedua diantaranya satu tak lagi sama, patut untuk di tolak.
Mungkin kita memang berbeda dengan para tetua yang telah mewariskan nilai-nilai luhur ini. Ngaku re Rasai, ngaku adalah sebuah pengakuan diri yang lemah dihadapan Sang Pencipta. Rasai merupakan pengakuan persaudaraan dengan sesama manusia tanpa melihat dia pribumi atau tidak
Budi re Bahasa adanya laku tutur dan bahasa yang terjaga ketika menyampaikan kepada sesama, terutama para pemimpin kepada rakyatnya baik saat berkampaye maupun kelak telah duduk di kursi kekuasaan
Mtet re Mimoy, berarti takut dan malu melakukan kesalahan bagi masyarakat Fagogogru. Apalagi di dalam pemerintahan yang sudah terbiasa dengan Korupsi (pancuri doi rakyat), Kolusi (kesepakatan diam-diam yang merugikan rakyat dan Negeri ini), dan nepotisme (mengutamakan kepentingan keluarga dan kelompok terdekatnya di atas kepentingan rakyat secara keseluruhan)
Yang menyedihkan ialah bahwa nilai-nilai Fagogoru bakalan pudar ketika dikemas dalam kemasan politik oleh putra-putri Fagogoru itu sendiri. Membungkam suara-suara yang pantas mengeluh, memperjelas prinsip yang mulia, ternyata tiba-tiba bisa menghilang jika di perhadapkan dengan kekuasan dan keinginan menindas orang lain menggejolak akibat kontestasi politik masa lalu
Maka mungkin yang dibutuhkan ialah suatu tindakan nyata. Yang dibutuhkan agar kita bisa mengakui hidupnya nilai-nilai luhur dalam spirit Fagogoru birokrasinya Elang Rahim hari ini dan hari yang akan datang.
Weda Taman Fagogoru, 26 Desember 2020
Mr.Chulleyevo_
Komentar
Posting Komentar