Langsung ke konten utama

Memori 7 Februari 2019 blok lantai II Rumah Detensi Imigrasi Manado

"YANG KU TAHU DI HMI KITA BERTEMAN LEBIH DARI SAUDARA"


Perang Afghanistan (2001-sekarang) dimulai pada Oktober 2001. Setelah serangan WTC 11 September, Amerika Serikat memulai kampanye Perang Melawan Terorisme mereka di Afghanistan, dengan tujuan menggulingkan kekuasaan Taliban, yang dituduh melindungi al-Qaeda, serta untuk menangkap Osama bin Laden.

Padahal untuk orang yang tidak mau dibodohi melulu, kita ketahui bersama apa sebab gedung pencakar langit yang indah di negeri paman sam itu runtuh dengan sempurnah, tanpa merusak gedung lain yang berada di sekitarnya. Isu terorisme dan kekacauan yang terjadi di negara-negara arab hari ini bukan karena doktrin suatu agama manapun jua, ini riil strategi menguasai sumur minyak di negara-negara dengan kekayaan minyak berlimpah yang diberikan Tuhan dan ini adalah bagian dari proses perluasan wilayah teritorial sebuah negara.

Pertanyaannya sekarang dimana PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa?) yang telah dibentuk setelah perang dunia ke II untuk menjaga perdamaian dunia dan mencegah hal serupa terulang kembali.

Masyarakat Indonesia kita selalu di buat terpesona pada tahun--tahun politik. pesonanya hingga menggiring hari demi hari malam ke malam penuh dengan dialog politik, depan rumah hingga kedai kopi menjadi tempat yang nyaman untuk berbicara menyangkut politik.

Berapa tahun yang lalu sebagian besar masyarakat Indonesia terpaku di depan Televisi mereka masing-masing untuk mendengar debat kandidat pilpres 2019, yang pada dasarnya masing-masing hanya saling menarik simpatik pemilih dengan saling mengklaim dan menuduh anti HAM (Hak Asasi Manusia) dan pro HAM. Tak banyak program tentang kesejahteraan rakyat yang dibahas, debat malam itu pun melahirkan banyak kekecewaan (semakin banyak golongan putih) dan banyak yang merasa mual karena telah membuang waktu terlalu lama di depan Tv.

Padahal jika kita tidak menutup mata dan telinga berbagai konflik hari ini telah menginjak-injak Hak Asasi Manusia, konflik memaksa mereka yang bangga terlahir di suatu bangsa harus keluar dari negaranya untuk mencari perlindungan.

Pertanyaannya muncul kembali. dimana kedua tokoh yang pada perdebatan malam itu. Dengan susah payah menyakinkan rakyat Indonesia bahwa mereka adalah pemerhati HAM. Saling menyerang melalui retorika sampah, agar terlihat bahwa mereka lebih pantas memimpin Negara ini yang dikenal dunia, dengan alinea pembukaan UUD 1945nya sangat menggetarkan dunia “Penjajahan di atas Dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan??”.

Inilah yang dialami Sajad Yaqub bersama keluarga dan beberapa keluarga imigran lainnya yang datang ke Indonesia untuk mencari suaka. Indonesia bagaikan surga penuh dengan intrik rahasia di dalamnya. UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) telah berdiri di Indonesia sejak tahun 1979 bertujuan untuk melindungi dan memberikan bantuan kepada pengungsi.

Pada tahun 2017, Presiden Republik Indonesia menandatangani Peraturan Presiden Tentang Penanganan Pengungsi dari Luar Negeri. walaupun hal itu diragukan dapat menyelesaikan masalah pengungsi di Indonesia. Langkah ini terlihat seperti intrik bukannya solusi untuk menyelesaikan persoalan pengungsi.

Sajad bersama keluarganya dengan imigran Afghanistan yang lain menghuni Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Manado hampir 9 tahun. 31 Januari 2019 UNHCR mengirimkan surat Nomor 19/NESHCR/3057 yang menyatakan kalau belasan detensi Afghanistan di Rudenim Manado tidak lagi menjadi perhatian UNHCR. Maka imigran Afghanistan di Rudenim statusnya sebagai imigran gelap dan segera dideportasi.

Sajad dan beberapa imigran mencoba melakukan protes terhadap UNHCR dan pihak rudenim yang melarang mereka untuk keluar dari rumah detensi imigrasi dengan mogok makan, karena mengetahui permohonan mendapatkan suaka telah ditolak. Memori 7 Februari 2019 di blok lantai II Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Manado pun terjadi, petugas imigran menggandeng para petugas kepolisian masuk untuk melakukan penertiban protes yang dilakukan imigran di dalam rudenim tersebut.

Hal ini sontak membuat beberapa imigran yang sudah lansia dan anak-anak ketakutan. Namun, langkah para petugas tidak berjalan mulus. Sajad sempat menghalangi mereka dengan bermodalkan bensin dan pemantik api. 

“Kalau naik saya akan bakar diri.” seru Sajad

Untuk melindungi ibu adik dan keluarga imigran lainnya, yang mulai ketakutan dengan kedatangan aparat kepolisian, mereka mulai terbayang dengan gejolak api dan peluru yang sedang berkecamuk di Afghanistan.

sebelum bara api menyentuh tubuh Sajjad. Sorotan mata pemuda 24 thn ini bagaikan "Singa Panjshir" menunjukan ketegasan, bola matanya menerawang jauh ke perang yang berkecamuk di Afghanistan. Seakan memberi signal, dirinya takkan ingin lagi ke sana. Sebab, telah banyak nyawa warga sipil yang terenggut, dan Sajad merasa proses deportasi ke sana, sama halnya dengan misi bunuh diri.

Sajad dikenal teman-teman kampus dan Organisasi dengan sikap berani dan ketegasannya, ketika yang Haq dikatakannya haq dan batil pasti dikatakan batil oleh sajjad. hal itu yang bisa juga mendasari dia mengambil tindakan membakar dirinya. Sebagai manusia berpendidikan sudah tentu sajjad telah memikirkan secara panjang dan matang langkah menghadang petugas yang dia lakukan.

Hanya hitungan detik, api langsung melalap tubuh Sajad. Proses penyelamatan pun sempat dilakukan. Namun takdir berkata lain Rabu 13 Februari 2019, Nafas pemuda asal Afghanistan lulusan Teknik Universitas Sam Ratulangi dan Aktivis HMI Cab.Manado komisariat Teknik itu terhenti, setelah menjalani perawatan medis beberapa hari di Rumah Sakit Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.

"AKU ORANG AFGHANISTAN, AKU PUNYA NEGERI YANG DULUNYA INDAH. AKU BANGGA PERNAH HIDUP DI INDONESIA, SEBUAH BANGSA DENGAN BERBAGAI SEJARAH TAPI SAYANG, TAK ADA NEGARA YANG MELINDUNGIKU" -Alm. Sajad Yaqub


"setiap yang berjuang, belum tentu bisa sepertimu kawan"

respect_


Penulis : Mr.Chulleyevo

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PULAU IMAM (Chulleyevo Island)

Pulau Imam sebuah nama yang begitu unik untuk sebuah pulau, untuk pembaca yang berasal dari kab.halmahera tengah khususnya kota weda pulau imam sudah tak asing lagi di dengar. Namun terasa asing di dengar oleh orang di luar penduduk kab.halmahera tengah, ya... begitulah karena pulau ini tak setenar banda naira ataupun pulau-pulau lain di indonesia. Photo : Pulau Imam Kanan dan Pulau Yefi Kiri Pulau imam atau biasa di sebut dengan chulleyevo oleh masyarakat lokal. pulau imam merupakan sebuah gugusan kecil di depan dermaga penyebrangan kota weda, berjarak sekitar 500 meter dari kota weda ibu kota kab.halmahera tengah, provinsi maluku utara. Karena letaknya yang berada persis di depan pelabuhan kota weda, pulau yang satu ini ketika dilihat dari kota weda nampak cantik, tidak heran jika pulau imam menjadi titik perhatian wisatawan dan pendatang dari luar kota weda, yang sering mengabadikan kecantikannya dengan berfoto menjadikan pulai ini sebagai backgroundnya. Sebagian besar pulau...

TRADISI MAULID NABI NEGERI FAGOGORU

(Photo : By.DinexMotret) Nabi Muhammad SAW Lahir di Al-Mukkaramah atau Al-Amin (sekarang Mekkah) 12 Rabiul awal Thn gajah atau bertepatan dengan hari Senin 20 April 571 M. Untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (HR, Bukhari) Tradisi memperingati kelahiran Nabi pada tanggal 12 Rabiul awal atau sejarah Maulid Nabi pertama kali terjadi setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Peringatan tersebut pertama kali diadakan oleh Raja Al-Muzhaffar Abu Sa'id Kukbury Ibn Zainuddin Ali Ibn Baktakin (Wafat 630 H) Raja Irbil yang berada di kawasan Urk (Irak Sekarang) pada abad ke 7 Hijriah ("Sumber:Imam As-Suyuthi dlm kitab:Al-Hawy Li Al-Fatawy juz 1, hal 272"). Beliau mengundang seluruh rakyat dan ulama untuk berkumpul merayakan hari besar tersebut dengan menyembelih ribuan kambing dan unta. Para kaum ulama yang alim dan memiliki keluasan ilmu pun membenarkan kegiatan tersebut karena menganggap hal tersebut adalah hal yang baik. Kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah cahaya Islam yang mener...

WHO IS HE "HAJI SALAHUDDIN"

SEKAPUR SIRIH Situasi Negara Republik Indonesia Kedatangan Bangsa Inggris, Portugis, Spanyol, dan Belanda ke Indonesia, di samping sebagai penjajah, adalah sekaligus merupakan pembawa “Missi dan Zending” yang membawa serta peradaban Barat. Peradaban Barat itu mempunyai ciri politis “Scularisme” dan ciri Ekonomi “ Liberalisme ” proses pembaratan “ Westernisasi ” ini turut pula mempengaruhi perkembangan masyarakat dan Negara Republik Indonesia, yang oleh kolonial Belanda dengan penjajahan di bumi Indonesia selama 350 tahun, ditanamkan dengan penuh kelicikan, bahkan dipaksa dengan senjata terhunus. Namun, arus gelombang perang kemerdekaan dari bangsa-bangsa di dunia, khususnya di dunia islam, yang sejak abad kedelapan belas dilanda banjir kolonialisme dan imperialisme sekaligus telah melanda bangsa-bangsa Asia Afrika, telah membuat perubahan yang radikal terhadap jalannya sejarah dunia yang diilhami aspirasi dan potensi perjuangan Islam pada bangsa-bangsa tersebut. Pada abad-abad be...